Makam Sultan Malik As Saleh [Updated]
Makam Sultan Malik As Saleh [Updated]

Berkunjung ke Makam Sultan Malik As Saleh? Yuk Kenali Lebih Dekat!

Bukan Arjuna – Makam Sultan Malik As Saleh yang terletak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu situs sejarah yang wajib di kunjungi.

Jika anda berkunjung ke Aceh, tepatnya Kabupaten Aceh Utara, sayang sekali jika melewatkan situs sejarah yang satu ini. Makam Sultan Malik As Saleh adalah salah satu tempat wisata yang banyak di kunjungi oleh pelancong, baik dalam maupun luar negeri. Dalam situs bersejarah ini, anda akan menemukan makam-makam raja atau sultan dan ratu dari kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Sejarah

Mengenal Sultan Malik As Saleh

1. Malik al-Salih (Malik ul Salih, Malik Al Saleh, Malikussaleh, Malik al Salih atau Malik ul Saleh) mendirikan kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudera Pasai pada tahun 1267. Nama aslinya adalah Meurah Silu (Merah Silu). Ia adalah keturunan dari Suku Imam Empat ( Suku Imam Empat atau Sukee Imuem Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat Maharaja/Meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh Pra-Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak (Po-He-La) di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan kerajaan Jeumpa (Champa) di Peusangan (Bireuen), Syahir Poli(Pau-Ling) yang mendirikan kerajaan Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang Mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar)

2. Menurut karya Melayu Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan asal usul dan sejarah Kerajaan Samudera Pasai.

Konon katanya, pada suatu hari Meurah Silu mendapati seekor semut raksasa yang berukuran sebesar kucing. Meurah Silu yang ketika itu belum memeluk agama Islam menangkap dan memakan semut tersebut. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra

Tak semua orang percaya kisah yang berbau legenda itu. Sebagian orang meyakini kata Samudera berasal dari bahasa Sanskrit yang bererti laut. Sedangkan, kata Pasai diyakini berasal dari Parsi: Parsee atau Pase. Pada masa itu, banyak pedagang dan saudagar Muslim dari Persia-India alias Gujarat yang singgah di wilayah nusantara.

Meurah Silu kemudian memutuskan masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik al Saleh atau dikenal dengan sebutan Malik al-Saleh. Menurut legenda masyarakat Aceh, suatu hari Meurah Silu bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Setelah itu, ia pun memutuskan masuk Islam.

Malik al-Saleh mulai menduduki takhta Kesultanan Samudera Pasai pada 1267 M. Di bawah kepemimpinan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Ia berkuasa selama 29 tahun dan digantikan oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M).

Namun, ada juga yang menyebutkan, Malik al-Saleh diangkat menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai oleh seorang Laksamana Laut dari Mesir bernama Nazimuddin al-Kamil setelah berhasil menaklukkan Pasai.

Malik As Saleh, Sultan/ Raja Pertama Kerajaan Islam di Indonesia (Samudra Pasai)

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di China, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri China. Memang, sumber-sumber China ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke China untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti China, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Wang ini digunakan secara rasmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh

Dai Islam Nusantara

Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara pada abad ke-13 M. Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Marco Polo, Malik al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia menikah dengan putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Ketika berkuasa, Malik al-Saleh menerima kunjungan Marco Polo.

Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf-seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar.

Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dan perkembangan Islam di Pulau Jawa. Konon, Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, salah seorang Sultan Pasai. Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten ternyata putra daerah Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Pemerintahannya bersifat teokrasi (agama) yang berdasarkan ajaran Islam. Tak heran bila kehidupan masyarakatnya juga begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam.

Situs Wisata Makam Sultan Malik As Saleh

Deskripsi Makam

Batu nisan Sultan Malikus Saleh memperlihatkan peralihan dari pengaruh arsitektur Buddhis ke pengaruh arsitektur Islam. Menurut Osman (ed., 1997: 247), desain batu nisan ini memperlihatkan citra yang sangat mirip dengan stupa. Walaupun bagian batangnya berbentuk persegi panjang yang tegak, namun bagian puncaknya cenderung membentuk ujung yang lancip. Pengaruh arsitektur Buddhis ini dikombinasikan dengan dekorasi berupa kaligrafi naskhi yang populer di India sekitar pertengahan abad ke-13 (Wan Ali dalam Mohamed, 2000: 68). Bahasa yang digunakan seluruhnya adalah bahasa Arab, dengan kosakata yang khas dalam agama Islam.

Kata yang terpatri pada batu nisan Sultan Maliku Saleh:  
“Ini kubur adalah kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasehat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar dengan Sultan Malikul Salih”. (Tanggal wafat, bulan Ramadhan tahun 696 Hijrah/1297 Masehi)

Pada bagian belakang terpatri:
Sesungguhnya dunia ini fana. Dunia ini tiadalah kekal Sesungguhnya dunia ini ibarat sarang yang ditenun oleh laba-laba Demi sesungguhnya memadailah buat engkau dunia ini.Hai orang yang mencari kekuatan. Hidup hanya untuk masa pendek saja . Semua orang di dunia ini tentu akan mati.

Lokasi Makam

Batu Nisan Sultan Malikus Saleh terletak di Kompleks Makam Sultan Malikus Saleh, Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Batu nisan lain yang juga terdapat di dalam kompleks ini adalah batu nisan Sultan Malikus Zahir, putra dan penerusnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *