Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara [Updated]
Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara [Updated]

Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara

Bukan Arjuna – Islam, adalah agama yang hari ini menjadi agama mayoritas yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sejarah perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di Indonesia telah melewati berbagai cara dan melalui kurun waktu yang tak sebentar.

Dalam artikel kali ini saya akan mencoba untuk menyajikan paparan singkat mengenai sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Pemaparan ini akan menjelaskan secara singkat tentang proses dan penyebaran Islam dengan berbagai macam faktor yang mendukungnya. Selamat menyimak!

Proses Masuknya Islam di Nusantara

Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7. Islam datang ke Nusantara melalui bebrapa jalan seperti:

  1. Perdagangan
  2. Sosial
  3. Pengajaran.

Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima. Ta shih ini ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. Hal itu diperkuat oleh berita Jepang (784 M) yang menyebutkan tentang adanya perjalanan pendeta Kanshih.

Pendapat yang menyatakan Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan pada berita Marcopolo (1292 M) dan berita Ibnu Battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan makam Sultan Malik As Saleh (1297), penyebar-an ajaran tasawuf (abad ke-13), dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah (1258 M).

Dari bukti-bukti itu dapat disimpul-kan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai perkembangannya pada abad ke-13. Hal itu ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia.

Perdagangan

Menurut berita Cina, agama Islam disebarkan oleh orangorang Arab. S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan bahwa Islam berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa Islam disebarkan ke Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat (India). Menurutnya, Islam tidak disebarkan langsung dari Arab. Hubungan langsung antara Arab dan Indonesia baru berlangsung abad ke-17, yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak, dan Mataram Baru. Pendapatnya itu diperkuat oleh bukti adanya kesamaan unsurunsur Islam di Indonesia dan di India. Selain itu, adanya ceritacerita tentang nabi-nabi di Indonesia yang berbeda dengan langgam Arab, tetapi bergaya India. Mengenai golongan masyarakat pembawa Islam ke Indonesia, para ahli umumnya sependapat, yaitu kaum pedagang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran Islam dilakukan melalui perjalanan lalu lintas perdagangan dan pelayaran.

Sosial

Selain golongan pembawa, ada pula golongan penerima Islam. Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (rajaraja, bangsawan, dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa). Golongan elite lebih cepat mengalami proses Islamisasi, karena kedudukannya yang mempunyai
pengaruh di kalangan masyarakat biasa.

Proses Islamisasi ada beberapa jalan, yaitu melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian. Islamisasi lewat saluran perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan (antara abad ke-7 sampai abad ke-16). Banyaknya pedagang muslim yang bermukim di Indonesia, terbentuklah tempat-tempat pemukiman yang disebut Pekojan. Di antara pedagang muslim asing itu, ada pula yang menetap lalu menikah dengan
wanita pribumi.

Proses Islamisasi melalui kesenian tampak dari bukti-bukti peninggalan sejarah, seperti ukiran, pintu gerbang, makam, tradisi sekaten, pertunjukan wayang, debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam melalui seni wayang, sastra, debus, tarian, tradisi sekaten, ternyata lebih mempercepat proses islami-sasi. Sampai sekarang proses islamisasi melalui saluran seni masih berlangsung.

Pengajaran

Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru kemudian pada masa-masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam, yang tugasnya khusus mengajarkan agama Islam. Mereka ini mempercepat proses Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader ulama/guru-guru
agama Islam.

Proses Penyebaran Islam di Nusantara

Dalam proses penyebaran Islam itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa pihak yang memiliki jasa dan peranan penting. Dan peranan-peranan penting itu akan dipaparkan secara singkat pada bahasan di bawah ini.

Peranan Perdagangan

Penyebaran Islam ke daerah Maluku berhubungan dengan perdagangan antara Malaka, Jawa, dengan Maluku. Islam masuk ke Maluku sekitar abad ke-13.

Menurut sumber tradisi, penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Husayn pada masa pemerintahan Marhun di Ternate. Menurut hikayat Tanah Hitu disebutkan bahwa raja pertama yang memeluk agama Islam di Maluku adalah Zainal Abidin (1486-1500). Konon menurut berita Zainal Abidin belajar agama Islam pada Pesantren Giri.

Proses islamisasi di Kalimantan Selatan diketahui dari Hikayat Banjar. Proses Islamisasinya ditandai oleh terjadinya perpecahan di kalangan istana, antara Pangeran Tumenggung dengan Raden Samudera.

Pangeran Tumenggung adalah raja Dipa dan Daha yang bercorak Hindu. Untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung, Raden Samudera meminta bantuan Kerajaan Demak dengan perjanjian bersedia masuk Islam. Berkat bantuan dari Demak, Pangeran Tumenggung dapat dikalahkan. Sejak saat itu, Kerajaan Banjar bercorak Islam. Rajanya, Raden Samudera bergelar Sultan Suryanullah.

Menurut Hikayat Kutai bahwa proses Islamisasi di Kalimantan Timur berlangsung damai. Disebutkan bahwa penyebar Islam di Kutai adalah Tuan Ri Bandang Tuan Tunggang Parangan pada masa pemerintahan raja Mahkota. Raja Mahkota masuk Islam karena merasa kalah kesaktiannya.

Menurut Hikayat Gowa-Tallo dan Wajo bahwa penyebaran Islam di Sulawesi berjalan secara damai. Penyebarnya adalah Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Kerajaan Islam Gowa kemudian menaklukkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone yang raja-rajanya segera memeluk agama Islam pada tahun 1611.

Peranan Ulama

Di Pulau Jawa dikenal adanya Wali Sembilan (Wali Songo) yang merupakan tokoh tokoh ulama penyebar agama Islam. Bagaimana peranan Wali Songo dalam penyebaran agama Islam?

Wali Songo adalah ahli agama yang dekat kepada Allah swt, mempunyai tenaga gaib, tenaga batin, dan menguasai ilmu yang tinggi. Kesembilan wali tersebut mempunyai gelar Sunan, yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati. Pemberian gelar itu didasarkan pada tempat mereka dimakamkan, seperti Gunung Jati di Cirebon, Drajat di dekat Tuban, Giri di Gresik, dan sebagainya.

  1. Sunan Gunungjati
  2. Sunan Muria
  3. Sunan Kudus
  4. Sunan Kalijaga
  5. Sunan Drajat
  6. Sunan Giri
  7. Sunan Bonang
  8. Sunan Ampel
  9. Sunan Gresik

Peranan Pendidikan

Pendidikan juga memegang peranan dalam proses Islamisasi. Guru-guru agama, dan pondok-pondok pesantren, dan para santrinya pranata pendidikan Islam. Semakin terkenal kyai (guru agama Islam) yang mengajarnya, semakin terkenal pula pesantrennya. Pada masa pertumbuhan Islam dikenal adanya Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel (Raden Rakhmat) dan Pesantren Sunan Giri (yang murid-muridnya datang dari berbagai daerah).

Raja-raja dan kaum bangsawan mendatangkan guru agama Islam sebagai penasihat agama. Di daerah Banten dikenal Kyai Dukuh (Pangeran Kanyusatan) sebagai guru agama Maulana Yusuf. Syekh Maulana Yusuf adalah penasihat agama Sultan Ageng Tirtayasa. Ki Ageng Sela adalah guru Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dan Juru Mertani sebagai penasihat Panembahan Senopati.

Peranan Perkawinan

Islamisasi melalui perkawinan pengaruhnya lebih besar, jika yang melakukan perkawinan itu dari keluarga yang berpengaruh (golongan bangsawan dan penguasa). Misalnya, perkawinan antara Putri Campa dengan Putra Brawijaya, atau antara Sunan Ampel dengan Nyi Gede Manila (seperti yang dikisahkan dalam
babad Tanah Jawa).

Dalam Babad Cirebon, disebutkan tentang perkawinan antara Putri Kawungaten dengan Sunan Gunung Jati. Babad Tuban menyebutkan tentang perkawinan Putri Aria Dikara, yaitu Raden Ayu Teja dengan Syekh Ngabdurakhman. Perkawinan antara kaum bangsawan tersebut kemudian melahirkan terbentuknya kerajaankerajaan bercorak Islam di Indonesia.

Demikianlah artikel yang membahas mengenai sejarah perkembangan islam di nusantara, semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *