Kaligrafi Umar bin Khattab
ltnnujabar.or.id

Kisah Singkat Umar bin Khattab dan Beberapa Kisah Hikmah Penting

Bukan Arjuna – Siapa yang tidak mengetahui kisah sahabat Umar bin Khattab yang mulia ini? Seseorang yang memiliki perawakan tinggi besar, dan sifatnya yang terkenal tegas dan keras membuatnya disegani setiap orang.

Umar disegani tidak hanya ketika tengah memeluk islam, bahkan semenjak ia masih dalam keadaan jahiliyyah. Itulah mengapa saat pertama kali islam datang, Umar bin Khattab termasuk orang yang diperhitungkan akan menghambat dakwah islam kedepannya.

Akan tetapi hidayah Allah berkata lain. Allah memilih Umar untuk masuk ke dalam kafilah Rasulullah dan memperkuat dakwahnya.

Siapakah Umar bin Khattab?

Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai.

Orang arab pada umumnya memiliki tiga ‘nama’ dalam dirinya. Tiga ‘nama’ itu adalah ism, kuniyah, dan laqab.

Umar bin Khattab adalah ismnya, Abu Hafshah adalah kuniyahnya, diambil dari nama putrinya Hafshah (Abu Hafshah berarti Ayahnya Hafshah). Sementara laqabnya adalah Al-Faruq, yang berarti pemisah antara yang haq dan bathil.

Umar dilahirkan 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sekitar tahun 586 Masehi di Makah.

Ayahnya Umar bernama Khattab, sedangkan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan, yakni Ka’ab.

Umar terlahir dari keturunan yang mulia, yakni sebagai seorang Quraisy. Quraisy adalah salah satu suku mulia yang disegani dikalangan bangsawan Arab kala itu. Suku Quraisy adalah penjaga kabah, pengawas para peziarah, kesatria perang, saudagar, pemegang administrasi perdagangan dan peradilan orang-orang arab.

Kisah Umar bin Khattab Sebelum Islam

Kisah Umar bin Khattab. Pengembala Unta.
pixabay.com by hbieser

Umar putra Al-Khattab, ayahnya yang bernama Khattab mengajarinya berbagai macam keterampilan khas orang-orang Arab seperti;

  • Memanah
  • Berpedang dan bertombak
  • Mengembala ternak
  • Berkuda
  • Berburu
  • Administrasi
  • Baca tulis
  • Memahami mazmur leluhur (kitab)

Baca tulis dan mengenal mazmur adalah tradisi yang bisa dikatakan langka kala itu. Hingga pada awal-awal tahun kenabian Rasulullah orang yang mampu baca tulis diseluruh jazirah Arab bisa dihitung dengan jari.

Umar juga dikenal sebagai “kitab diwan berjalan” karena pandai menggubah dan mengumpulkan syair Arab pilihan dari para penyair terkemuka. Umar biasa diundang berpidato dan membacakan syair-syairnya di berbagai festival dan upacara.

Ketika beranjak dewasa, Umar mulai menekuni bidang perniagaan. Ia sering berdagang ke luar semenanjung Arab, seperti Persia, Syam dan Mesir. Oleh karena itu ia dapat menguasai beberapa bahasa seperti Ibrani, Suryani dan Persia.

Selain piawai dalam bidang sastra, dengan perawakan yang mumpuni Umar pun piawai dalam bergulat. Bahakan ia dijuluki sebagai jawara gulat yang tangguh di Ukaz (sebuah pasar dan gelanggang gulat ternama).

Karena Umar berasal dari suku bangsawan dan memiliki banyak kepiawaian, orang-orang Quraisy mendudukan Umar pada beberapa jabatan terhormat. Ia menempati kedudukan penting seperti juru diplomasi, utusan khusus, dan duta besar.

Ia seringkali ditunjuk untuk menjadi juru runding dalam mendamaikan perseteruan antara Quraisy dan suku lainnya.

Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khattab

Kisah Umar bin Khattab. Kesatria Perang.
pixabay.com by ArtTower

Berniat Membunuh Rasulullah

Suatu hari Umar pergi dengan membawa sebilah pedang, lalu ia bertemu dengan seorang lelaki yang berasal dari bani Zuhrah.

“Hendak kemana engkau wahai Umar?”, Umar menjawab, “Aku hendak membunuh Muhammad!”

“Bagaimana engkau mengamankan dirimu dari bani Hasyim dan Zuhrah jika kau membunuh Muhammad?”

Umar pun menjawab, “Tidaklah aku melihatmu melainkan engkau telah keluar dan meninggalkan agamamu yang dahulu kau berada di atasnya!”

Lelaki bani Zuhrah berkata, “Maukah kutunjukkan sesuatu padamu yang akan membuatmu takjub wahai Umar? Sesungguhnya iparmu (Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail) dan saudari perempuanmu (Fathimah binti Al-Khattab) telah keluar dan meninggalkan agamamu yang dahulu kau berada di atasnya!”

Dengan segera Umar bergegas melangkah hingga ia pun mendatangi mereka berdua. Sedangkan di sisi mereka ada seorang lelaki Muhajirin yang bernama Khabbab bin Al-Arat.

Kisah Melunaknya Hati Umar bin Khattab karena Al-Quran

Kisah Umar bin Khattab. Baca Quran.
pixabay.com by mucahityildiz

Disaat Khabbab mendengar langkah kaki dan merasakan keberadaan Umar, ia segera bersembunyi ke dalam rumah. Umar pun masuk ke dalam rumah dan bertanya pada ipar dan saudarinya, “Apakah perkataan yang barusan kudengar dari kalian?”

Sesaat sebelum Umar masuk, mereka sedang membaca surat Thaha.

Ipar dan saudarinya menjawab, “Tidak ada kecuali pembicaraan yang memang kami sedang membicarakannya,” Umar bertanya lagi, “Benarkah bahwa kalian telah keluar (dari agama kalian)?”

Iparnya menjawab dengan suatu pertanyaan, “Bagaimanakah menurutmu wahai Umar, jika Al-Haq ternyata berada di luar agamamu?”

Seketika Umar langsung memukul iparnya, ia menendangnya dengan tendangan yang keras. Sedangkan saudarinya dengan lekas memisahkan Umar dan suaminya. Lalu Umar pun menampar saudarinya dengan tangan hingga mengeluarkan darah.

“Wahai Umar! Jika Al-Haq berada di luar agamamu, ketahuilah bahwasanya aku bersaksi tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah!” saudarinya berbicara.

Umar pun menyesal atas apa yang dilakukannya, ia berkata, “Berilah aku kitab yang kalian baca, aku akan membacanya.”

Saudarinya pun berkata, “Sesungguhnya engkau itu najis, tidaklah Al-Quran itu disentuh melainkan oleh orang-orang yang suci, berdirilah engkau untuk mandi atau berwudhu.”

Maka Umar pun berdiri lalu berwudhu.

Kemudian ia mengambil lembaran Al-Quran tersebut dan membacanya, “Thaahaaa, (hingga sampai pada ayat), sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.” (QS. Thaha: 1-14).

Umar pun berkata, “Tunjukkan padaku dimana Muhammad berada!” Ketika Khabbab mendengar perkataan Umar yang demikian, segeralah ia keluar dari tempat persemunyiannya.

Khabbab berseru kepada Umar, “Bergembiralah wahai Umar! Sesungguhnya aku berharap kau adalah jawaban Allah atas doa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pada malam kamis: ‘Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam’.”

Saudari Umar berkata, “Rasulullah sedang berada di rumah yang terletak di kaki bukit Shaffa,” rumahnya Al-Arqam bin Abul Arqam.

Umar pun pergi menuju tempat yang dimaksudkan saudarinya.

Kisah Bersyahadatnya Umar bin Khattab

Sekelompok sahabat Rasulullah seperti Hamzah dan Thalhah sedang berada di pintu rumah.

Hamzah melihat orang-orang ketakutan atas kedatangan Umar, ia berkata, “Inilah Umar, jika Allah menghendaki kebaikan atasnya, maka ia akan masuk Islam dan mengikuti Rasulullah. Jika dia menghendaki di luar itu maka kami akam membunuhnya dengan mudah.”

Rasulullah pun dikabarkan akan kedatangan Umar, kemudian beliau keluar hingga datanglah Umar. Rasulullah langsung mencengkram baju Umar dan pedangnya.

“Akankah kau berhenti hai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan siksa padamu seperti apa yang menimpa Al-Walid bin Mughirah. Ya Allah, inilah Umar bin Khattab! Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Umar bin Khattab!” sabda Rasulullah.

Maka Umar pun bersaksi, “Aku bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah, dan engkau adalah utusan Allah,” dan berislamlah Umar bin Khattab.

Serempak bertakbirlah semua yang ada di rumah itu dengan suara takbir yang terdengar sampai ke Masjidil Haram.

Keluarga Umar bin Khattab

Gambaran Keluarga Muslim.
Ilustrasi Keluarga Muslim by republika.co.id

Istri-istri Umar bin Khattab

Umar pernah menikah dengan tujuh orang wanita. Baik yang dinikahi pada masa jahiliyyah ataupun setelah memeluk Islam. Wanita-wanita itu antara lain:

  1. Zainab binti Ma’zhun
  2. Malikah binti Jarul
  3. Quraibah binti Abi Umayyah
  4. Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam
  5. Jamilah binti Ashim bin Tsabit
  6. Atikah binti Zaid bin Nufail
  7. Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thalib

Anak-anak Umar bin Khattab

Anak-anak Umar bin Khattab antara lain:

  1. Abdullah (Zainab binti Ma’zun)
  2. Abdurrahman Al-Akbar (Zainab binti Ma’zun)
  3. Hafshah (Zainab binti Ma’zun)
  4. Ubaidillah (Malikah binti Jarul)
  5. Fathimah (Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam)
  6. Zaid (Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thalib)
  7. Ruqayyah (Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thalib).

Budak-budak Umar bin Khattab

  1. Luhaiyah (melahirkan Abdurrahman Al-Ashgar)
  2. Faqihah (melahirkan Zainab)

Kisah Umar bin Khattab dan Berbagai Peristiwa Penting dalam Islam

Tonggak Perpindahan Fase Dakwah Sembunyi-sembunyi Menuju Dakwah Terang-terangan

Beberapa saat setelah Umar mengucap syahadat, ia bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas Al-Haq ketika mati maupun masih hidup?”

Rasulullah menjawab, “Benar wahai Umar, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya kalian berada di atas Al-Haq ketika kalian mati maupun masih hidup.”

Umar berkata, “Mengapa kita masih bersembunyi? Demi Dzat yang mengutusmu dengan Al-Haq, sungguh kita akan keluar (untuk menampakkan agama islam)!”

Maka keluarlah Rasulullah dan para sahabatnya dalam dua barisan. Hamzah berada di barisan pertama dan Umar berada di barisan kedua. Suara derap langkah barisan itu terdengar bagai deru mesin penggiling tepung, hingga akhirnya mereka memasuki Masjidil Haram.

Kala itu orang-orang Quraisy memandangi Hamzah dan Umar. Mereka bersedih dengan rasa sedih hati yang tidak pernah mereka alami sebelumnya.

Perintah Hijrah Rasulullah

Perjalanan Padang Pasir.
pixabay.com by hbieser

Rasulullah memerintahkan umat islam kala itu untuk berhijrah dari Mekah ke Yatsrib (Madinah), dikarenakan tekanan dan ancaman kaum Quraisy. Rasulullah memerintahkan agar berangkat secara diam-diam dan berpencar karena khawatir akan hadangan musuh.

Namun berbeda dengan keputusan Umar, ia lebih memilih mengumumkan rencana hijrahnya kepada kaum Quraisy. Umar mengancam bagi siapa saja yang hendak menghalanginya untuk berhijrah.

“Wahai wajah yang muram! Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anak, dan anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang bukit ini besok pagi!”

Kisah Terpukulnya Umar bin Khattab saat Rasulullah Wafat

Meratap.
pixabay.com by StockSnap

Inilah saat dimana Umar bin Khattab, seseorang yang sangat kuat begitu tergoncang jiwanya dikarenakan wafatnya Rasulullah.

Dalam keadaan sangat emosi yang Umar berkata, “Sesungguhnya beberapa orang munafik telah berkata bahwa Muhammad telah meninggal dunia. Tidak! Sesungguhnya beliau tidk meninggal, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya seperti yang dilakukan Musa dahulu, yang pergi selama empat puluh hari, lalu kembali lagi kepada kaumnya. Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah akan kembali. Barangsiapa mengatakan beliau sudah mati, akan kupotong kedua kaki dan tangannya.”

Abu Bakr datang dan berusaha untuk menenangkan Umar yang kala itu masih diselimuti emosi, namun tidak berhasil. Akhirnya Abu Bakr membiarkan Umar dengan ketidakpercayaannya, lalu ia menghadapkan wajahnya ke arah para sahabat yang lain.

Dengan membaca tasyahud Abu Bakr memulai pembicaraannya, “Amma ba’du, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan mati.”

Kemudian Abu Bakr membacakan ayat 30 dari surat Az-Zumar dan Ali Imran ayat 144, “Sesungguhnya kamu akan mati dan mereka akan mati. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang maka dia tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur.”

Setelah mendengar apa yang Abu Bakr bicarakan, Umar tersadar, “Demi Allah! Sesungguhnya aku seakan-akan belum pernah mendengar ayat ini sampai aku mendengar Abu Bakr yang membacanya. Sehingga aku lemas dan tidak kuat berdiri dengan kedua kakiku dan jatuh ke tanah, ketika Abu Bakr membacakan ayat tersebut. Saat itu, aku yakin bahwa Rasulullah telah wafat.”

Para sahabat yang mendengar berita ini pun ikut menangis di Masjid Nabawi.

Keutamaan Umar bin Khattab

1. Mendapat Pujian Langsung dari Rasulullah

  • Beliau bersabda, “Jika seandainya ada Nabi setelahku, maka ia adalah Umar.”

(HR At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ahmad, dan yang lainnya. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 327.)

  • Beliau juga bersabda, “Sungguh dahulu di antara umat sebelum kalian ada beberapa Muhaddatsun (yaitu orang-orang yang diberi ilham/ firasat yang benar). Seandainya ada seseorang di antara umatku, maka sesungguhnya dia adalah Umar.”

(HR al-Bukhari no. 3486)

2. Lelaki yang Ditakuti Setan

  • Rasulullah bersabda, “Sungguh aku melihat setan-setan dari kalangan jin dan manusia lari (kabur) dari Umar.”

(HR At-Tirmidzi, hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Misykatul Mashabih yang ditahqiq oleh beliau.)

  • Rasulullah juga bersabda, “Wahai Umar bin Al-Khattab, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah ada satu pun setan yang bertemu denganmu di suatu jalan melainkan dia akan mencari jalan yang lain yang tidak dilalui olehmu.”

(HR Al-Bukhari dan Muslim.)

3. Sahabat yang Dijamin Menjadi Penghuni Surga

  • Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku masuk surga, tiba-tiba aku melihat istana dari emas. Maka aku pun bertanya, ‘Untuk siapa ini?’ Para malaikat pun menjawab, ‘Untuk seorang pemuda dari suku Quraisy.’ Aku pun mengira bahwa itu adalah aku, maka aku bertanya, ‘Siapa dia?’ Para malaikat menjawab, Umar bin Khattab’.”

(HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1423.)

  • Dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga…”

(HR At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami Ash-Shaghir no. 50.)

Diangkatnya Menjadi Khalifah

Setelah wafatnya Abu Bakr sebagai seorang khalifah yang pertama, Umar menggantikan beliau sebagai khalifah yang kedua.

Umar juga dikenal sebagai orang yang pertama kali digelari sebagai Amirul Mu’minin (pemimpin orang-orang beriman).

Gelar Amirul Mu’minin berawal dari datangnya seorang utusan dari Irak yang menghadap Umar untuk melaporkan keadaan wilayah pemerintahan Irak.

Ketika di Madinah, utusan itu menemui Amr bin Ash dan bertanya tentang khalifah Umar.

“Wahai Amr, maukah engkau mengantarku menghadap Amirul Mukminin?” Amr kemudian bertanya, “Mengapa kau memanggil khalifah dengan sebutan Amirul Mu’minin?”

Utusan itu menjawab, “Karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita adalah orang yang beriman (mu’minin).” Amr menilai panggilan itu sangat baik. “Demi Allah, tepat sekali engkau menyebutkan (sebutan) namanya.” Sejak saat itu, gelar Amirul Mu’minin lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya.

Kisah Umar bin Khattab, Gubernur Mesir dan Yahudi Tua

Suatu ketika Umar sedang berada di bawah pohon kurma. Kemudian datanglah seorang Yahudi tua yang melakukan perjalanan dari Mesir untuk mengadukan persoalan yang dimilikinya.

Yahudi tua tersebut menceritakan bahwa gubernur Mesir memperlakukan dirinya secara tidak adil. Gubernur Mesir itu bernama Amr bin Ash.

Ia bercerita bahwa rumahnya telah digusur oleh Amr bin Ash karena tanah di atasanya akan dibuat bangunan masjid. Pada mulanya Amr bin Ash menawarkan agar Yahudi tersebut menjual tanahnya, namun ia menolak.

Kemudian Amr bin Ash yang memiliki kekuasaan, memerintahkan agar menggusur rumah milik Yahudi tersebut. Sang Yahudi hanya pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah mendengar cerita sang Yahudi, seketika muka Umar merah padam karena marah atas apa yang dilakukan gubernurnya itu. Kemudian Umar memerintahkan agar diambilkan tulang unta kemudia ia menggambar garis lurus di atasnya dengan pedang.

Setelahnya Umar memerintahkan agar Yahudi tersebut pulang dan memberikan tulang itu kepada Amr bin Ash.

Sesampainya di Mesir, Yahudi tersebut melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Umar bin Khattab.

Setelah Amr bin Ash menerima tulang itu, mukanya menjadi pucat pasi dan mengigil. Kemudian ia memerintahkan anak buahnya agar membongkar masjid yang sudah dibangun di atas tanah milik Yahudi tersebut.

Sang Yahudi pun bingung melihat apa yang terjadi di depannya dan meminta penjelasan kepada Amr apa yang sebenarnya terjadi.

Amr bin Ash menjelaskan bahwa Umar memerintahkan agar dirinya berbuat lurus (adil) kepada siapapun, bahkan kepada seorang Yahudi sekalipun.

Keadilan Umar Tidak Tebang Pilih

Teguran Umar kepada Amr bin Ash.
mawdoo3.com

Datanglah seorang pemuda Mesir kepada Umar bin Khattab untuk mengadukan ketidakadilan yang dialaminya.

“Suatu ketika aku berlomba memacu kuda dengan putra Amr bin Ash, kemudian ia kalah,” cerita pemuda tersebut. “Ia tidak terima, kemudian memukuliku seraya berkata ‘akulah anak dari orang yang mulia’,” lanjut pemuda itu.

Mendengar aduan ini, Umar memanggil Amr bin Ash dan anaknya.

Setelah itu, Umar mencibir dan memerintahkan kepada pemuda itu untuk memukuli anak Amr bin Ash. “Mana pemuda Mesir itu? Pukullah anak orang yang mulia ini!”

Pemuda Mesir itu pun memukuli anak Amr bin Ash hingga puas. Kemudian Umar memerintahkan pemuda Mesir itu untuk menggunduli Amr bin Ash.

Pemuda Mesir itu menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin, yang memukuliku adalah anaknya dan aku telah puas membalasnya.”

Kemudian Umar berkata kepada Amr bin Ash:

“Sejak kapan kalian memperbudak manusia sedangkan mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?”

Kisah Umar bin Khattab Menjelang Wafat

Peristiwa wafatnya Umar terjadi tatakala Umar hendak mengimami shalat shubuh bersama kaum muslimin lainnya. Ketika Umar mengangkat tangan untuk bertakbir dan sebelum membaca surat Al-Fatihah, datanglah seorang Majusi bernama Abu Lu’lu’ah.

Setelah Abu Lu’lu’ah tepat berada di belakang Umar, ia menusukkan pisau sebanyak enam tusukkan kepada Umar bin Khattab. Kemudian jamaah sholat shubuh berusaha menangkap Abu lu’lu’ah, akan tetapi mendapat perlawanan. Sehingga beberapa orang mendapat luka tatakala berusaha menangkap Abu Lu’lu’ah.

Setelah Abu Lu’lu’ah terpojok dan tidak bisa melawan, ia menikamkan pisau pada dirinya sendiri sehingga mati dalam keadaan bunuh diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *