Sedekah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hukum bersedekah adalah sunnah muakkad, yang berarti sangat dianjurkan. Selain bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bersedekah juga membawa banyak pahala bagi yang melakukannya. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ –
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”
Rasulullah SAW mengungkapkan waktu terbaik untuk bersedekah, di mana pahala yang didapatkan lebih besar dibanding waktu lainnya. Jika melewati waktu tersebut, keutamaannya akan berkurang. Lalu, kapan waktu bersedekah dengan pahala yang paling besar?
Waktu Sedekah dengan Pahala Terbesar
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa waktu sedekah yang paling besar pahalanya adalah ketika seseorang bersedekah dalam keadaan sehat, saat masih pelit, khawatir jatuh miskin, dan memiliki keinginan untuk kaya.
Abu Hurairah RA berkata, “Ada seseorang datang kepada Nabi dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling besar pahalanya?’ Rasulullah SAW menjawab:
أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ، وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ.
“Bersedekahlah selama kamu masih sehat, kikir, takut miskin, dan mengharapkan kekayaan. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan, maka kamu baru berkata, ‘Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian’. Padahal harta itu menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin menjelaskan mengapa sedekah dalam keadaan sehat mendapat pahala paling besar. Hal ini karena saat sehat, seseorang cenderung enggan mengeluarkan hartanya, berharap kekayaan lebih dan takut jatuh miskin. Ini menandakan bahwa sedekah dalam kondisi ini lebih murni dan tulus karena menunjukkan kepatuhan kepada Allah SWT.
Sebaliknya, ketika seseorang sakit, harta tak lagi begitu berarti karena ia sadar bahwa hidupnya di dunia sudah mendekati akhir, dan ia tidak akan bisa membawa hartanya ke alam kubur.
Jangan Menunda Sedekah
Hadits di atas juga menegaskan pentingnya untuk tidak menunda sedekah. Rasulullah SAW menganjurkan agar sedekah dilakukan segera dan tidak menunggu hingga ajal sudah dekat.
Syaikh Al-Utsaimin menjelaskan bahwa sedekah yang dilakukan saat sakaratul maut sudah tidak bernilai besar, karena harta yang dimiliki sudah berpindah menjadi milik ahli waris. Pahala dari sedekah pada saat tersebut tidak akan sebanding dengan sedekah yang dilakukan ketika seseorang masih sehat, sebagaimana disebutkan dalam riwayat tersebut.
Wallahu a’lam.
Sampai jumpa di artikel Bukan Arjuna lainnya!
Sumber gambar: Pixabay